/* Navigasi tabs Sederhana buka-rahasia.blogsot.com Starts */ a.burastabs, a.burastabs:link, a.burastabs:visited {display:block; width:102px; height:30px; background:#444444; border:1px solid #ebebeb; margin-top:2px; text-align:center; text-decoration:none; font-family:arial, sans-serif; font-size:12px; font-weight:bold;color:#FFFFFF; line-height:25px; overflow:hidden; float:left;} a.burastabs:hover {color:#FFFFFF; background:#666666;} #burasbar {width:auto; margin:0 auto;} /* Navigasi tabs Sederhana Ends */

Gambar

KURS MATA UANG TERKINI


The Forex Quotes are Powered by Forexpros - The Leading Financial Portal.

Selamat Datang Yang

Kamis, 01 Maret 2012

Batuan Sedimen


Sebagian besar batuan sedimen, bahan asalnya adalah batuan beku dan sebagian kecil terbentuk dari sisa-sisa organisme (kehidupan). Hampir 4/5 permukaan bumi tertutup oleh batuan sedimen (batuan endapan).
            Oleh karena pengaruh kekuatan atau tenaga alam terutama tenaga dari luar permukaan bumi, seperti : air, angin, pemanasan dan pendinginan, gelombang dll., batuan beku dapat menjadi lapuk dan terpecah-pecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil (fragmen) atau terurai berubah menjadi bahan-bahan pembentuknya atau dapat pula berubah menjadi garam-garam yang dapat larut ke dalam air.
Air, angin, gletser dapat mengangkut bahan-bahan yang telah lapuk atau terurai tersebut dan mengendapkannya di tempat lain yang umumnya di tempat-tempat yang lebih rendah. Dengan demikian secara berturut-turut terjadi proses pelapukan, pengikisan, pengangkutan dan pengendapan (sedimentasi), kemudian terbentuklah batuan sedimen.
Selama proses ini terjadilah seleksi yaitu bahan-bahan yang lebih besar dan berat diendapkan di tempat yang lebih dekat dengan tempat asalnya. Sedangkan yang lebih kecil / halus dan ringan diendapkan di tempat-tempat yang lebih jauh. Setelah mengendap material-material tersebut terjadilah sementasi (perekatan) yang biasanya oleh CaCO3 atau SiO2 dan kompaksi (pemadatan), sehingga terbentuk batuan sedimen.
Puing-puing yang besar pada umumnya tetap tinggal dan mengendap di tempat terjadinya pelapukan. Pembentukan sedimen di tempat asal atau di sekitar tempat terjadinya pelapukan disebut “eluvium”, sedangkan pembentukan sedimen yang terjadi di tempat yang jauh dari asal batuan induknya disebut “aluvium”.
Eluvium menghasilkan endapan atau sedimen “eluvial” contohnya breksi. Sedangkan aluvium menghasilkan endapan “aluvial” contohnya : konglomerat, batupasir, batulempung dll. Bagian-bagian yang larut biasanya hanya dapat menjadi batuan sedimen setelah melalui proses yang pelik, yakni proses kimiawi atau proses organis.
Ciri khas batuan sedimen adalah pelapisannya (membentuk lapisan-lapisan), sehingga batuan sedimen disebut juga batuan berlapis (strata = lapisan).
Jenis-jenis Batuan Sedimen :
            Menurut proses terbentuknya, batuan sedimen dibagi menjadi : batuan sedimen klastika/mekanis, batuan sedimen kimiawi dan batuan sedimen organis.

a. Batuan Sedimen Klastika
Batuan sedimen klastika yaitu batuan sedimen yang terdiri dari kelompok batuan. Bahan asal dari batuan tersebut (fragmen-fragmennya) terlepas dari batuan induknya karena pengaruh pelapukan mekanis (misalnya benturan, retakan). Fragmen-fragmen yang telah mengendap di suatu tempat, mengalami sementasi dan kompaksi sehingga terikat satu sama lain, mengeras dan membentuk batuan baru seperti : konglomerat, breksi, batupasir, batulempung dsb. Proses sementasi dan kompaksi ini memakan waktu yang lama.
Sebagai bahan pengikat biasanya terdiri dari kapur asam arang (CaCO3), kwarsa (SiO2) atau limonite (hidroksida besi = Fe2O4) yang mengendap secara kimiawi di antara hancuran batuan.
Besar kecilnya fragmen yang membentuk batuan sedimen dapat dibedakan menjadi :
-          Bongkah-bongkah dengan diameter   2.000 – 200 mm
-          Kerikil besar (kerakal) diameter          200 – 20 mm
-          Kerikil halus diameter                         20 – 2 mm
-          Pasir kasar diameter                            2 – 0,2 mm
-          Pasir halus diameter                            0,2 – 0,02 mm
-          Geluh / lanau diameter                        0,02 – 0,002 mm
-          Lempung diameter                              < 0,002 mm
Sedimen klastika menurut besar kecilnya batuan (fragmen) yang membentuknya dapat dibagi menjadi :
-  Psefit            : butir-butirnya kasar (kerikil, konglomerat)
-  Psamit          : butir-butirnya agak kasar (pasir).
-  Pelit              : butir-butirnya halus (geluh, lempung)
Psefit : Biasanya terdapat / terjadi pada dinding-dinding di mana terjadi penumpukan puing-puing besar. Contohnya : konglomerat dan breksi.
Konglomerat adalah batuan sedimen klastika yang terdiri dari kumpulan dari batu-batuan guling (fragmen batuan yang telah menjadi bulat) yang kemudian terikat menjadi satu / tersementasi oleh SiO2 atau CaCO3. Batuan konglomerat telah terbawa jauh dari sumbernya (mengalami penggelindingan saat transportasi oleh aliran air).
Breksi adalah batuan sedimen klastika yang terdiri dari kumpulan batu-batu yang masih besudut tajam yang kemudian terikat menjadi satu oleh CaCO3 atau SiO2. Batuan breksi berada tak jauh dari sumber (batuan induknya, oleh karena itu fragmennya masih bersudut lancip).
Konglomerat atau breksi yang terdiri dari fragmen-fragmen batuan yang sejenis disebut konglomerat atau breksi monomektos (oligomektos), dan bila terdiri dari fragmen-fragmen batuan yang bermacam-macam disebut konglomerat atau breksi polimektos. Kecuali itu bila berasal dari bahan-bahan volkanis disebut : aglomerat.
Psamit : Fragmen yang membentuknya biasanya mengendap jauh dari batuan induknya dan umumnya berlapis-lapis. Contoh ini adalah : batupasir, batulanau dan endapan loss.
Batupasir : sedimen klastika yang merupakan kumpulan dari fragmen-fragmen batuan yang ukuran butirnya antara 2 – 0,02 mm. Bila bahan pengikatnya terdiri dari lempung, maka batuannya disebut gravel. Batuan pasir yang mengandung feldspar lebih dari 25 % disebut orkosa. Bila butirnya sebagian besar terdiri dari kalsium karbonat (CaCO3) disebut batugamping atau kalkarin.
Batulanau : kumpulan fragmen batuan yang butir-butirnya paling sedikit 50 % berukuran 0,2 – 0,002 mm yang mengeras dan menjadi satu.
Tanah loess (endapan loess) : endapan ini merupakan endapan debu-debu halus berasal dari padang pasir yang tenaga pengangkutnya angin. Endapan loss ini termasuk endapan teristris dan lapisan endapannya sering terdapat lapisan simpang siur. Catatan : dari padang pasir Australia sebenarnya juga memungkinkan untuk terbentuknya tanah loss, tetapi karena sempitnya benua ini, maka loss tersebut jatuh di laut.
Pelit : Batuan ini terdiri dari fragmen yang halus (lempung). Yang termasuk batuan ini adalah :
            Batulempung : terdiri dari butir-butir lempung yang terikat satu sama lain dan mengeras. Dalam batuanlempung dapat juga terikat jelas adanya perlapisan. Dalam tebal 2,5 cm dapat terdiri atas 100 lapisan. Batuan seperti ini disebut serpih (shale). Batuan lempung yang mengandung kapur disebut napal. Batuan serpih yang mendapat tekanan menjadi keras dengan disertai pembekuan dapat menjadi sabak.
            Kwarsa merupakan bagian yang terbesar dalam semua lempung, sedangkan aluminium oksida atau hidroksida, biasanya terdapat juga di dalam lempung, namun banyaknya tidak tetap. Warnanya dapat bermacam-macam, abu-abu, kemerahan, kehijauan, coklat dan kalau banyak mengandung arang warnanya menjadi hitam.

b. Sedimen Kimiawi  
            Bahan asal batuan sedimen kimiawi adalah uraian hasil pelapukan batuan beku yang larut dalam air. Kebanyakan terjadi karena pengikisan air yang kaya akan garam (evaporit) dan konsentrasi-konsentrasi pengendapan.
            Umumnya batuan sedimen kimiawi tersusun atas garam-garaman yang larut dalam air laut, seperti : NaCl, KCl, MgSO4, CaCO4, CaCO3, dan lain sebagainya.
Contoh batuan sedimen kimiawi adalah :
            Oolit : batuan yang terdiri atas kumpulan butiran-butiran kecil berdiameter antara 0,5 – 10 mm, yang terjadi karena pengendapan, meliputi seluruh inti, sehingga penampangnya nampak sebagai bangun yang konsentris. Sedimen ini terjadi pada air yang bergerak cepat, di mana terjadi reaksi kimia. Macam-macam oolit :
                  -     Oolit gamping  ----à  :         Ca(HCO3) ---à CaCO3 + CO2 + H2O
-          Oolit besi  -----à : butirannya terdiri dari Fe2O3.
-          Oolit yang bersifat Pesolit --à : Oolit yang butir-butirnya dari beberapa mm s/d 1,0 cm. Oolit ini bisa menjadi sangat besar. Pesolit dapat terjadi dalam air yang mengandung banyak gamping dan yang sangat bergerak. Karena CO2 keluar, maka mengendaplah gamping. Pesolit dapat juga mempunyai susunan kimia yang lain seperti : kalium sulfat.
Batu gamping (Limestone) : macam-macam batu gamping (kapur) dapat dijelaskan sebagai berikut :
-          Limestone : batu kapur yang utama terdiri dari kalsit (CaCO3) yang berbentuk kristal, yang menunjukkan bahwa asalnya dari pengendapan kimia, dan reaksinya adalah : Ca H2 C2 O6 ----à CaCO3 + CO2 + H2O  atau Ca (HCO3)2 ----à CaCO3 + CO2 + H2O
-          Chalk : batuan kapur yang terdiri atas fragmen-fragmen binatang berkerangka kapur dan tumbuh-tumbuhan.
-          Mergel (Marl) : batu kapur yang terdiri atas campuran CaCO3 dengan tanah liat dan pasir.
-          Dolomit : batu kapur yang terjadi dari batu kapur yang lebih keras dan rumus kimianya CaMg (CO3)2.
-          Travertin : endapan kapur di daratan, yang terjadi pada mata air yang mengandung banyak gamping.
Garam dapur : rumus kimianya NaCl, berasal dari laut. Di Jerman terdapat endapan garam yang tebalnya 300 m yakni di Strossfer. Di USA juga terdapat endapan garam yakni di Great Salt Lake. Untuk terbentuknya endapan garam haruslah terdapat di daerah yang beriklim kering dan terdapat pada cekungan yang terpisah dari laut bebas.
Gips : rumus kimianya CaSO4 2 H2O.

c. Batuan Sedimen Organis
            Batuan sedimen organis berasal dari larutan-larutan, yang terbentuk karena pemisahan oleh organisma (jasad hidup). Dapat dikatakan bahwa semua sedimen organis terdiri atas gamping (CaCO3) atau dolomit {CaMg (CO3)}. Batuan ini terbentuk oleh longgokan bagian-bagian rangka jasad tumbuh-tumbuhan atau binatang. Kebanyakan sedimen organis tercampur dengan batu-batuan klastika. Contoh batuan sedimen organis adalah :
            Batu gamping (kapur) : batuan endapan yang mengandung lebih dari 90 % CaCO3.
            Dolomit : batuan endapan yang mengandung lebih dari 90 % CaMg (CO3).
            Batu gamping dolomitan :atau dolomit gamping : batuan endapan yang berupa campuran antara dolomit dengan batu kapur. Jika batuan ini 10 – 60 % terdiri atas pasir dinamakan batu pasir gampingan dan bila 60 – 90 % batuan ini terdiri atas pasir disebut batu gamping pasiran.
            Catatan : macam-macam sedimen organis yang sebenarnya bukan sedimen adalah sedimen tumbuh-tumbuhan, misalnya turf (gambut), brucinkool dan batubara. Pembentukan benda-benda ini bukanlah proses sedimentasi.
Berdasarkan tenaga yang mengangkut bahan asal batuan sedimen, dibedakan menjadi :
1). Batuan Sedimen Aquatis : batuan sedimen yang diendapkan oleh tenaga air, contoh : gosong pasir di sungai, tanah aluvial pada dataran aluvial (alluvial plain), dataran banjir (flood plain), tanggul alam (natural levee), kipas aluvial (alluvial fan), delta dll.
2). Batuan Sedimen Aeris atau aeolis : batuan sedimen yang diendapkan oleh tenaga angin, contoh : tanah loess, gumuk pasir (sand dune).
3). Batuan Sedimen Glasial : batuan sedimen yang diendapkan oleh tenaga es yang mencair atau gletser, contoh : morena, drumline.

Berdasarkan tempat di mana terjadi pengendapan batuan sedimen, digolongkan menjadi:
1).  Batuan Sedimen Teristris : diendapkan di daratan.
2). Batuan Sedimen Marine : diendapkan di dasar laut.
3). Batuan Sedimen Fluvial : diendapkan di dasar sungai.
4). Batuan Sedimen Limnis : diendapkan di dasar danau.
5). Batuan Sedimen Glasial : diendapkan di daerah yang pernah mengalami erosi
     glasial.

3. BATUAN METAMORFOSA
            Batuan metamorf0sa adalah batuan yang berasal baik dari batuan beku atau batuan sedimen yang telah mengalami perubahan baik secara fisik maupun kimiawi, karena pengaruh tenaga alam yakni suhu dan tekanan dalam jangka waktu tertentu (lama).
            Perubahan sifat batu-batuan tersebut dapat terjadi karena proses diagnesa dan metamorfosa. Diagenesa adalah perubahan sifat karena suhu dan tekanan tidak seberapa (ciri/sifat batuan asal masih nampak), misalnya terjadinya konkresi (penyatuan) dapat dimasukkan ke dalam golongan ini. Sedangkan metamorfosa adalah suatu sifat perubahan wujud, sehingga bentuk dan susunan dari batuan semula tidak nampak. Metamorfosa batuan dapat disebabkan oleh 2 hal yaitu :

a. Dinamo Metamorfosa
Adalah proses perubahan sifat batuan karena mengalami tekanan (yang lebih dominan). Tekanan ini dapat berasal dari : gerakan magma yang menuju ke permukaan bumi, gerakan lipatan, dan patahan pada kulit bumi. Contoh batuan metamorfosa adalah
Gneis : berasal dari batuan granit yang telah mengalami dinamo metamorfosa sehingga berubah sifat fisiknya.
Orthogneis : gneis yang berasal dari batuan beku. Karena pengaruh tekanan dalam jangka waktu yang lama granit dapat mempunyai perlapisan yang tertentu, sehingga orthogneis mempunyai lapisan-lapisan yang hampir menyerupai batuan sedimen. Sifat perlapisan itu disebabkan karena letak dari kepingan-kepingan biotit dan muskovit yang sejajar di dalamnya, sehingga seolah-olah kelihatan berlapis-lapis.
Paragneis : gneis yang berasal dari batuan sedimen (porfir granit). Karena pengaruh tekanan yang besar dalam jangka waktu yang lama, batuan sedimen dapat berubah berkristal sehingga menyerupai batuan beku. Kecuali gneis, terdapat pula bermacam-macam batuan metamorf yang kristal-kristalnya hampir atau sejajar letaknya, yang dapat digolongkan menjadi 3 macam, yaitu : (a) Schist (skis) : batuan berkristal jelas sekali, yang sukar dibelah menurut bidang retakan, yang tidak teratur mineralnya dengan jelasa dapat dikenal, (b) shales (phylite) : batuan yang kristalnya lebih halus dan lebih mudah dibelah menurut bidang belahannya, dan (c) Scate : batuan yang terdiri atas mineral yang halus dan mudah dibelah menurut bidang yang hampir rata.

b. Kontak Metamorfosa
Kontak metamorfosa adalah proses perubahan sifat batuan karena mendapat pengaruh dari pemanasan. Biasanya terjadi dari batuan yang sudah ada, kemudian mendapat pemanasan (kontak) dari magma. Kontak metamorfosa dapat dibedakan menjadi :
Kontak Metamorfosa Thermis : Metamorfosa yang disebabkan karena kenaikan suhu. Contohnya : granit, karena proses kontak metamorfosa thermis dapat berubaha menjadi pelikan-pelikan (cebakan) seperti : granat, vesuvian, andalosit, dan stauralit.
Kontak Metamorfosa Pneumatholitis : Kontak metamorfosa yang disertai adanya penambahan-penambahan zat baru yang berasal dari gas ke dalam batuan yang mengalami proses metamorfosa. Hal ini dapat terjadi bila batu-batuan yang mengalami kontak metamorfosa dapat mengisap gas-gas. Misalnya : zat flour ---à dapat membentuk mineral baru menjadi Topas dan zat Borium ------à menjadi Turmalin.  
      Apabila dalam proses pneumatholisa itu yang memegang peranan bukan gas, tetapi
      larutan panas maka proses ini disebut : hydrothermal.
Catatan :
Pada proses dynamo metamorfosa dan kontak metamorfosa, tidak terdapat perubahan zat-zat baru, tetapi hanya terjadi perubahan sifat zat-zat tertentu yang sudah ada. Dapat juga terjadi sejumlah mineral tertentu berkombinasi dengan mineral-mineral lain tetapi jumlah (banyaknya) tiap-tiap elemennya tetap konstan. Kecuali itu di alam biasanya antara tekanan dan temperatur bekerja bersama-sama. Sebab tekanan yang besar dapan meningkatkan suhu/temperatur (panas). Tetapi bagi kita tetap dapat membedakannya karena salah satu tampak lebih nyata (ada yang lebih dominan pengaruhnya apakah tekanan ataukah temperaturnya).
Beberapa contoh nama batuan sedimen dan batuan beku yang telah mengalami metamorfosa (Emmons, 1955)
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selamat Datang Teman/Welcome Friends

Semoga Blog Ini bermanfaat bagi kalian/Hopefully this blog useful for you