Latar belakang
Gelombang adalah peristiwa naik turunnya permukan air laut dari ukuran kecil
(riak) sampai yang paling panjang (pasang surut). Gelombang yang terjadi di
perairan Teluk Pelabuhan Ratu merupakan gelombang hasil rambatan yang terjadi
di samudera Indonesia. Gelombang ini dipengaruhi oleh kondisi topografi dasar
laut dan keadaan angin. Hasil pengamatan memperlihatkan bahwa keadaan gelombang
tertinggi terjadi pada periode bulan desember sampai februari (musim barat),
ketinggian gelombang mencapai 1,5 m – 2 m. Sedangkan pada bulan lainnya tinggi
gelombang yang tercatat kurang dari 1,5 meter (Jatilaksono, 2007).
Penyebab utama terjadinya gelombang adalah angin.
Gelombang dipengaruhi oleh kecepatan angin, lamanya angin bertiup, dan jarak
tanpa rintangan saat angin bertiup (fetch). Gelombang terdiri dari panjang
gelombang, tinggi gelombang, periode gelombang, kemiringan gelombang dan
frekuensi gelombang. Panjang gelombang adalah jarak berturut-turut antara dua
puncak atau dua buah lembah. Tinggi gelombang adalah jarak vertikal antara
puncak dan lembah gelombang. Periode gelombang adalah waktu yang dibutuhkan
gelombang untuk kembali pada titik semula. Kemiringan gelombang adalah
perbandingan antra tinggi dan panjang gelombang. Frekuensi gelombang adalah
jumlah gelombang yang terjadi dalam satu satuan waktu (Jatilaksono, 2007).
Pada hakikatnya,
gelombang yang terbentuk oleh hembusan angin akan merambat lebih jauh dari
daerah yang menimbulkan angin tersebut. Hal ini yang menyebabkan daerah di
pantai selatan Pulau Jawa memiliki gelombang yang besar meskipun angin setempat
tidak begitu besar. Gelombang besar yang datang itu bisa merupakan gelombang
kiriman yang berasal dari badai yang terjadi jauh dibagian selatan Samudera
Hindia (Jatilaksono, 2007).
Gelombang laut
Gelombang/ombak yang terjadi di lautan dapat
diklasifikasikan menjadi beberapa macam tergantung kepada gaya pembangkitnya.
Pembangkit gelombang laut dapat disebabkan oleh: angin (gelombang angin), gaya
tarik menarik bumi-bulan-matahari (gelombang pasang-surut), gempa (vulkanik
atau tektonik) di dasar laut (gelombang tsunami), ataupun gelombang yang
disebabkan oleh gerakan kapal.
Gelombang yang sehari-hari terjadi dan
diperhitungkan dalam bidang teknik pantai adalah gelombang angin dan
pasang-surut (pasut). Gelombang dapat membentuk dan merusak pantai dan
berpengaruh pada bangunan-bangunan pantai. Energi gelombang akan membangkitkan
arus dan mempengaruhi pergerakan sedimen dalam arah tegak lurus pantai
(cross-shore) dan sejajar pantai (longshore). Pada perencanaan teknis bidang
teknik pantai, gelombang merupakan faktor utama yang diperhitungkan karena akan
menyebabkan gaya-gaya yang bekerja pada bangunan pantai (Acehpedia, 2009).
DEFINISI GELOMBANG
Gelombang adalah pergerakan naik dan turunnya air
dengan arah tegak lurus permukaan air laut yang membentuk kurva/grafik
sinusoidal. Gelombang laut disebabkan oleh angin. Angin di atas lautan
mentransfer energinya ke perairan, menyebabkan riak-riak, alun/bukit, dan
berubah menjadi apa yang kita sebut sebagai gelombang.
Amati gerak pelampung di dalam gambar animasi
gelombang di atas.
Perhatikan bahwa sebenarnya pelampung bergerak
dalam suatu lingkaran (orbital) ketika gelombang bergerak naik dan turun. Partikel
air berada dalam satu tempat, bergerak di suatu lingkaran, naik dan turun
dengan suatu gerakan kecil dari sisi satu kembali ke sisi semula. Gerakan ini
memberi gambaran suatu bentuk gelombang. Pelampung yang mengapung di air pindah
ke pola yang sama, naik turun di suatu lingkaran yang lambat, yang dibawa oleh
pergerakan air.
Di bawah permukaan, gerakan berputar gelombang
itu semakin mengecil. Ada gerak orbital yang mengecil seiring dengan kedalaman
air, sehingga kemudian di dasar hanya akan meninggalkan suatu gerakan kecil
mendatar dari sisi ke sisi yang disebut “surge” (Acehpedia, 2009)..
Pengaruh Gelombang
Pada kondisi sesungguhnya di alam, pergerakan
orbital di perairan dangkal (shallow water) dekat dengan kawasan pantai dapat
dilihat pada gambar animasi dibawah ini. Pada gambar animasi ini, dapatlah kita
bayangkan bagaimana energi gelombang mampu mempengaruhi kondisi pantai
(Acehpedia, 2009)..
Simulasi pergerakan partikel air saat penjalaran
gelombang menuju pantai
Ketinggian dan periode gelombang tergantung
kepada panjang fetch pembangkitannya. Fetch adalah jarak perjalanan tempuh
gelombang dari awal pembangkitannya. Fetch ini dibatasi oleh bentuk daratan
yang mengelilingi laut. Semakin panjang jarak fetchnya, ketinggian gelombangnya
akan semakin besar. Angin juga mempunyai pengaruh yang penting pada ketinggian
gelombang. Angin yang lebih kuat akan menghasilkan gelombang yang lebih besar.
Gelombang yang menjalar dari laut dalam (deep
water) menuju ke pantai akan mengalami perubahan bentuk karena adanya perubahan
kedalaman laut. Apabila gelombang bergerak mendekati pantai, pergerakan
gelombang di bagian bawah yang berbatasan dengan dasar laut akan melambat. Ini
adalah akibat dari friksi/gesekan antara air dan dasar pantai. Sementara itu,
bagian atas gelombang di permukaan air akan terus melaju. Semakin menuju ke
pantai, puncak gelombang akan semakin tajam dan lembahnya akan semakin datar.
Fenomena ini yang menyebabkan gelombang tersebut kemudian pecah (Acehpedia,
2009)..
Perubahan bentuk gelombang yang menjalar
mendekati pantai
Ada dua tipe gelombang, bila dipandang dari sisi
sifat-sifatnya. Yaitu:
- Gelombang pembangun/pembentuk pantai (Constructive wave).
- Gelombang perusak pantai (Destructive
wave).
Yang termasuk gelombang pembentuk pantai,
bercirikan mempunyai ketinggian kecil dan kecepatan rambatnya rendah. Sehingga
saat gelombang tersebut pecah di pantai akan mengangkut sedimen (material
pantai). Material pantai akan tertinggal di pantai (deposit) ketika
aliran balik dari gelombang pecah meresap ke dalam pasir atau pelan-pelan
mengalir kembali ke laut.
Gelombang pembentuk pantai
- A.
Jenis – Jenis Gelombang Air
Gelombang di laut dapat dibedakan menjadi
beberapa macam yang tergantung dari gaya pembangkitnya. Gelombang tersebut
adalah gelombang angin yang dibangkitkan oleh tiupan angina di permukaan laut,
gelombang pasang surut dibangkitkan oleh gaya tarik benda-benda langit terutama
matahari dan bulan terhadap bumi, gelombang tsunami terjadi karena letusan
gunung berapi atau gempa di laut, gelombang yang dibangkitkan oleh kapal yang
bergerak dan sebagainya (ilemoned, 2008).
- Gelombang
Laut Akibat Angin
Gelombang yang disebabkan oleh angin dapat
menimbulkan energi untuk membentuk pantai, menimbulkan arus dan transpor
sedimen dalam arah tegak lurus dan sepanjang pantai, serta menyebabkan
gaya-gaya yang bekerja pada bangunan pantai. Gelombang merupakan factor utama
di dalam penentuan tata letak (layout) pelabuhan, alur pelayaran,
perencanaan bangunan pantai, dan sebagainya. Pada gambar A.1 ditunjukan suatu
bentuk contoh gelombang laut akibat angina dengan periodenya (ilemoned, 2008)..
Gambar gelombang laut akibat angin dengan Periode
Pendek: 2 – 25 detik
2. Gelombang Laut
Akibat Pasang Surut
Pasang
surut juga merupakan faktor yang penting karena bisa menimbulkan arus yang
cukup kuat terutama di daerah yang sempit, misalkan di teluk, estuary, dan
muara sungai. Selain itu elevasi muka air pasang dan air surut juga sangat
penting untuk merencanakan bangunan – bangunan pantai. Sebagai contoh elevasi
puncak bangunan pantai ditentukan oleh elevasi muka air pasang untuk mengurangi
limpasan air, sementara kedalaman alur pelayaran dan perairan pelabuhan
ditentukan oleh muka air surut. Gelombang besar yang datang ke pantai pada saat
air pasang bias menyebabkan kerusakan pantai sampai jauh ke daratan (Ilemoned,
2008)..
3. Gelombang Laut
Akibat Tsunami
Tsunami adalah gelombang yang terjadi karena
letusan gunung berapi atau gempa bumi di laut. Gelombang yang terjadi
bervariasi dari 0,5 m sampai 30 m dan periode dari beberapa menit sampai
sekitar satu jam. Tinggi gelombang tsunami dipengaruhi oleh konfigurasi dasar
laut. Selama penjalaran dari tengah laut (pusat terbentuknya tsunami) menuju pantai,
sedangkan tinggi gelombang semakin besar oleh karena pengaruh perubahan
kedalaman laut. Di daerah pantai tinggi gelombang tsunami dapat mencapai
puluhan meter. Pada gambar A.2.a ditunjukan contoh gelombang laut akibat
tsunami yang berada di laut dalam dengan ketinggian puncak gelombang < 1 m
dan pada gambar A.2.b ditunjukan contoh gelombang laut akibat tsunami yang
berada di pantai dengan ketinggian puncak gelombang ≤
30 m (ilemoned, 2008).
Gambar Gelombang Laut Akibat Tsunami di Laut
dalam
Gambar Gelombang Laut Akibat Tsunami di Pantai
Gelombang tsunami
Gelombang tsunami digambarkan sebagai gelombang
yang menjalar sedangkan gelombang laut biasa adalah gelombang naik-turun biasa,
lihat gambar diatas. Gelombang laut tidak akan bergerak kesamping seperti
gelombang tsunami. Sehingga daya rusak gelombang tsunami akan maksimum pada
pinggir pantai. Di laut gelombang tsunami tidak akan dirasakan oleh kapal laut.
Karena kemarin kita menyaksikan bagaimana gelombang tsunami yang diakibatkan
oleh gempa besar (skala diatas 6.8 MI) yang sangat merusak, tentunya secara
intuisi kita melihat bahwa akan ada gelombang besar ketika ada gempa besar
(Rovicky, 2007).
Ketika gelombang mencapai pantai, seringkali
diikuti dengan peningkatan ketinggian gelombang karena laut semakin dangkal
sedangkan volume air yang mengalir dalam jumlah yang sama. Ketinggian “tembok
gelombang tsunami” (tsunamic wave wall) ini yang terlihat atau yang diamati di
pantai, namun bukan berarti bahwa tinggi gelombang di tengah laut juga setinggi
itu. Hal inilah yang sering mengecoh perkiraan tinggi gelombang tsunami di
tengah laut (Rovicky, 2007).
Gelombang dipengaruhi oleh banyak faktor :
- Angin :
- Kecepatan angin
- Panjang/jarak hembusan angin
- Waktu (lamanya) hembusan angin
- Geometri laut (topografi atau profil laut dan bentuk pantai)
- Gempa (apabila terjadi tsunami) – sangat kecil/minor
Terlihat diatas bahwa pada kenyataan gelombang
laut lebih banyak dipengaruhi oleh faktor kondisi atmosfer. Kondisi angin in
tentusaja salah satu-nya cuaca yaitu kondisi sesaat dari atmosfer meliputi :
suhu, tekanan (angin), uap air (awan) dan hujan.
1 = Arah angin
2 = Puncak gelombang (peak)
3 = Lembah gelombang (trough)
Bentuk gelombang akan berubah sesuai dengan
kedalaman dasar laut.
Pada lokasi B bentuk perputaran gelombang berupa
elips, semakin dangkal maka semakin elips. Apabila tinggi gelombang masih cukup
tinggi maka gelombang akan pecah di pantai.
Pada gelobang laut ini air hanya naik turun,
namun tidak ada pergerakan atau aliran. Sedangkan pada gelombang tsunami,
karena gelombangnya cukup panjang (jarak titik titik puncak (“2 ke 2
berikutnya”) cukup panjang maka ketika sampai di pinggir pantai akan semakin
tinggi yang menyebabkan gelombang tsunami ini akan terkesan menyapu pantai
(Rovicky, 2007).
Pada gelombang tsunami akan terlihat tinggi
gelombang semakin besar di pantai. Nah karena yang dirasakan merusak serta yang
teramati pada gelombang tsunami ini sepertinya memiliki tinggi gelombang yang
besar juga di tengah samodra. Padahal kalau ada kapal ditengah laut, maka kapal
itu hanya merasakan sedikit sekali gejala gelombang tsunami yang berupa
gelombang yang miliki jarak antar puncaknya cukup panjang (Rovicky, 2007).
Jadi gempa tidak banyak mempengaruhi besarnya
gelombang laut pada umumnya.
Karena :
- Hanya gempa besar yang menyebabkan tsunami.
- Akan lebih dirasakan akibatnya di pinggir pantai.
- B.
Proses Pembangkitan Gelombang di Laut
Proses terbentuknya pembangkitan gelombang di
laut oleh gerakan angin belum sepenuhnya dapat dimengerti, atau dapat
dijelaskan secara terperinci. Tetapi meurut perkiraan, gelombang terjadi karena
hembusan angin secara teratur, terus-menerus, di atas permukaan air laut.
Hembusan angin yang demikian akan membentuk riak permukaan, yang bergerak
kira-kira searah dengan hembusan angin (lihat Gambar 2.3.a,b,c) (Ilemoned,
2008).
.
Gambar Mekanisme Terbentuknya Gelombang di Laut
Pada Umumnya
Bila angin masih terus berhembus dalam waktu yang
cukup panjang dan meliputi jarak permukaan laut (fetch) yang cukup
besar, maka riak air akan tumbuh menjadi gelombang. Pada saat yang bersamaan
riak permukaan baru akan terbentuk di atas gelombang yang terbentuk, dan
selanjutnya akan berkembang menjadi gelombang – gelombang baru tersendiri.
Proses yang demikian tentunya akan berjalan terus menerus (kontinyu), dan bila
gelombang diamati pada waktu dan tempat tertentu, akan terlihat sebagai
kombinasi perubahan-perubahan panjang gelombang dan tinggi gelombang yang
saling bertautan (Ilemoned, 2008)
Komponen gelombang secara individu masih akan
mempunyai sifat-sifat seperti gelombang pada kondisi ideal, yang tidak
terpengaruh oleh gelombang-gelombang lain. Sedang dalam kenyataannya, sebagai
contoh, gelombang-gelombang yang bergerak secara cepat akan melewati
gelombang-gelombang lain yang lebih pendek (lamban), yang selanjutnya
mengakibatkan terjadinya perubahan yang terus-menerus bersamaan dengan gerakan
gelombang-gelombang yang saling melampaui (Ilemoned, 2008).
Jelasnya gelombang-gelombang akan mengambil energi dan angin. Penyerapan energi
ini akan dilawan dengan mekanisme peredam, yaitu pecahnya gelombang dan
kekentalan air. Bila angin secara kontinyu berhembus dengan kecepatan yang
tetap untuk waktu dan ‘fetch’ yang cukup panjang, maka jumlah energi
yang terserap oleh gelombang akan diimbangi dengan energi yang dikeluarkan
sehingga suatu sistem ‘gelombang sempurna’ (fully developed waves) akan
tercapai. Sistem gelombang demikian sebenarnya jarang dijumpai karena kondisi ‘steady’
tidak sering terjadi, dan juga’fetch’ kadang-kadang dibatasi oleh
kondisi geografi lingkungan.
Bilamana angin berhenti berhembus, sistem
gelombang yang telah terbentuk akan segera melemah. Karena gelombang pecah
adalah merupakan mekanisme yang paling dominan, maka gelombang pendek dan
lancip, akan menghilang terlebih dulu, sehingga tinggal gelombang-gelombang
panjang yang kemudian menghilang oleh gaya-gaya kekentalan, yang pada dasarnya
lebih kecil dari gelombang pecah.
Proses pelemahan (menghilangnya) gelombang mungkin
mencapai beberapa hari, yang bersamaan dengan itu gelombang-gelombang panjang
sudah bergerak dan menempuh jarak ribuan kilometer, yang pada jarak yang cukup
jauh dan tempat mulainya gelombang akan dapat diamati sebagai alun (swell).
Alun biasanya mempunyai periode yang sangat panjang, dan bentuknya cukup
beraturan (reguler). Sistem gelombang yang terbentuk secara lokal
mungkin akan dipengaruhi oleh alun yang terbentuk dan tempat yang jauh; yang
tentu saja tidak ada kaitannya dengan angin local (Ilemoned, 2008)
.
C. Teori Gelombang
Pada umumnya bentuk gelombang di alam adalah
sangat kompleks dan sulit digambarkan secara sistematis karena
ketidak-linieran, tiga dimensi dan mempunyai bentuk yang random ( Suatu deret
gelombang mempunyai periode dan tinggi tertentu ). Beberapa teori yang ada
hanya menggambarkan bentuk gelombang yang sederhana dan merupakan bentuk
pendekatan gelombang alam. Ada beberapa teori dengan berbagai derajat
kekomplekan dan ketelitian untuk menggambarkan gelombang di alam diantaranya adalah
teori airy, Stokes, Gertsner, Mich, Knoidal, dan tunggal. Masing – masing teori
tersebut mempunyai batasan keberlakuan yang berbeda – beda. Teori yang paling
sederhana adalah teori gelombang linier yang pertama kali ditemukan oleh Airy
pada tahun 1845 (Ilemoned, 2008).
C.1 Teori Gelombang
Linier
Teori gelombang linier diturunkan berdasarkan
persamaan laplace untuk aliran tidak rotasi (irotational flow) dengan
kondisi batas dipermukaan air dan dasar laut. Kondisi batas di permukaan air
didapat dengan melinearkan persamaan bernoli untuk aliran tak mantap (Ilemoned,
2008).
Anggapan-anggapan yang digunakan untuk menurunkan
persamaan gelombang adalah sebagai berikut :
1. Zat cair adalah homogen dan tidak
termampatkan, sehingga rapat massa adalah konstan.
2. Tegangan permukaan diabaikan.
3. Gaya coreolis (akibat perputaran bumi )
diabaikan.
4. Tekanan pada permukaan air adalah seragam dan
konstan.
5. Zat cair adalah ideal, sehingga berlaku aliran
tak berotasi.
6. Dasar laut adalah horizontal, tetap dan
impermeable sehingga kecepatan vertical di dasar adalah nol.
7. Amplitudo gelombang kecil terhadap panjang
gelombang dan kedalaman air.
8. Gerak gelombang berbentuk silinder yang tegak
lurus arah penjalaran gelombang sehingga gelombang adalah dua dimensi.
Teori gelombang Airy mempunyai persamaan sebagai
berikut :
Gambar di bawah ini menunjukkan contoh khas
rekaman elevasi gelombang lautan yang diambil dan pengamatan gelombang lautan.
Seperti yang diharapkan, rekaman menunjukkan patron gelombang tak beraturan (irreguler)
yang tentunya tidak dapat dikenal patronnya yang spesifik. Dengan demikian
gelombang acak didefinisikan oleh empat besaran gelombang, untuk menunjukkan
karakteristik gelombang yang demikian: ri permukaan air tenang rata-rata ke
puncak (peak) atau lembah (through) gelombang (Ilemoned,
2008).
Rekaman gelombang tipikal : Analisa
Puncak dan Lembah
ζa* = amplitude negatif
- Amplitudo
gelombang,ζa (meter) : jarak vertikal pada (Puncak
gelombang yang berada di bawah garis air tenang dan lembah yang berada di
atas permukaan diberi tanda negatif
sedang yang lain bertanda positif
).
- Tinggi
gelombang, Ha (meter) : jarak vertical dari lembah ke
puncak gelombang berikutnya.
- Periode
puncak gelombang, Tp (detik) : waktu antara dua puncak
gelombang
- Periode
silangan gelombang, Tz (detik): waktu antara dua titik
berurutan di mana permukaan gelombang menyilang permukaan air tenang, baik
pada saat permukaan gelombang naik maupun turun.
Ukuran – ukuran di a untuk mengkarakterisasikan
keseluruhan waktu catatan gelombang (time history). Dengan demikian
tas cukup khas untuk sebagian tertentu dan suatu rekaman yang akan dianalisa,
tetapi mungkin tidak akan tepat untuk menjelaskan karakteristik umum dan ‘time
history’ gelombang biasa dipakai bentuk harga rata-rata (mean) besaran-besaran
gelombang sebagai berikut:
¯ζa harga rata-rata dan berbagai
pengukuran ¯ζa (meter).
¯Ha harga rata-rata dan berbagai
pengukuran ¯Ha(meter).
¯Tp harga rata-rata dan berbagai
pengukuran ¯Tp(meter).
¯Tz harga rata-rata dan berbagai
pengukuran ¯Tz (meter).
Dua tambahan besaran parameter gelombang:
¯ζ1/3 amplitudo signifikan : harga
rata-rata dari 1/3 jumlah keseluruhan pengukuran (meter).
H1/3 tinggi gelombang
signifikan : harga rata-rata dari 1/3 jumlah keseluruhan pengukuran Ha (meter).
Huhungan antara ζ1/3 dengan H1/3 adalah
sebagai berikut :
H1/3 = 20
ζa1/3
(m).
Di samping parameter-parameter statistik
sehubungan dengan puncak, lembah dan titik potong nol (zero crossing), didapati
pula parameter lain untuk mengukur karakteristik gelombang irreguler. Di
sini ‘time history’ gelombang yang dicatat dibuat sampel dengan memotong pada
jarak waktu yang cukup kecil untuk memperoleh pengukuran yang berurutan pada
kenaikan dan penurunan (depresi atau elevasi) permukaan gelombang (meter)
relatif terhadap garis datum, seperti ditunjukkan dalam gambar 3. Pada umumnya
rekaman gelombang dipotong-potong denganjarak yang cukup pendek, berkisar
antara 0.5 atau 1.0 detik.
Dengan pengukuran yang dernikian akan didapatkan
tiga macam besaran, yaitu:
ζ = depresi permukaan rata-rata
(mean)
Agar kedua macam analisa statistik di atas dapat
memberikan hasil yang cukup memadai, maka rekaman gelombang setidak-tidaknya
harus memuat sekitar 100 pasang puncak dan lembah gelombang. Rekaman demikian
umumnya diperoleh dengan pengamatan yang dilakukan berkisar antara 20 s/d 30
menit. Rekaman yang lebih pendek dapat memberikan hasil yang tidak akurat
karena mungkin saja hasilnya akan terlalu ekstrim (terlalu besar atau terlalu
kecil) dan karakteristik yang sebenarnya (Ilemoned, 2008).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar