/* Navigasi tabs Sederhana buka-rahasia.blogsot.com Starts */ a.burastabs, a.burastabs:link, a.burastabs:visited {display:block; width:102px; height:30px; background:#444444; border:1px solid #ebebeb; margin-top:2px; text-align:center; text-decoration:none; font-family:arial, sans-serif; font-size:12px; font-weight:bold;color:#FFFFFF; line-height:25px; overflow:hidden; float:left;} a.burastabs:hover {color:#FFFFFF; background:#666666;} #burasbar {width:auto; margin:0 auto;} /* Navigasi tabs Sederhana Ends */

Gambar

KURS MATA UANG TERKINI


The Forex Quotes are Powered by Forexpros - The Leading Financial Portal.

Selamat Datang Yang

Kamis, 01 Maret 2012

PELAPUKAN BATUAN


Batu-batuan yang berada di permukaan bumi setiap waktu dapat tertimpa oleh sinar matahari, air hujan atau salju, angin dan sebagainya yang disebut tenaga eksogen. Pengaruh tenaga eksogen tersebut dapat menyebabkan batu-batuan yang terletak di permukaan bumi menjadi retak-retak, pecah-pecah bahkan dapat hancur menjadi garam-garaman. Proses hancurnya batuan asal menjadi bagian yang lebih kecil  karena pengaruh tenaga eksogen disebut : “Pelapukan” atau Weathering = Verwering. Hasil dari pada pelapukan adalah terbentuknya tanah.
            Dilihat dari proses hancurnya batuan asal, pelapukan dapat dibedakan menjadi dua golongan besar, yaitu :
a.       Pelapukan mekanis (fisika).
b.      Pelapukan kimiawi (khemis)
Namun menurut H. Th. Verstappen, menggolongkan pelapukan menjadi tiga golongan, yaitu :
a.       Pelapukan fisis.
b.      Pelapukan kimiawi.
c.       Pelapukan biologis (organis).
Pelapukan mekanis (fisis) yaitu proses hancurnya batuan asal menjadi bagian-bagian yang lebih kecil tanpa disertai perubahan susunan mineralnya. Pelapukan kimiawi yaitu proses hancurnya batuan asal yang disertai dengan penguraian secara kimia dari mineral-mineral batuan asal.

A. PELAPUKAN MEKANIS (FISIS)
            Proses pecahnya batuan asal, yang disebut juga fragmentasi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil disebut juga disintegrasi. Disintegrasi dapat terjadi karena pengaruh : insolasi, reradiasi, pembekuan dan hidratasi.
1.      Disintegrasi karena insolasi.
Insolasi adalah penyinaran matahari terhadap benda. Penyinaran matahari terhadap batuan menyebabkan temperatur batuan menjadi naik (bertambah). Bila penyinaran itu berkurang atau berhenti sama sekali, maka temperatur batuan akan turun kembali. Naiknya temperatur menyebabkan batuan atau mineral yang dikandung batuan menjadi memuai, dan jika temperaturnya berkurang batuan atau mineral yang dikandung batuan akan menyusut. Oleh karena batuan itu terdiri dari bermacam-macam mineral, yang tiap mineral mempunyai sifat yang berbeda-beda, maka pemuaian dan penyusutan tiap-tiap mineral tidak sama cepatnya. Mineral yang kasar tidak kompak dan berwarna hitam (tua) akan memuai serta menyusut lebih cepat daripada mineral yang halus, kompak dan berwarna muda (cerah). Akibat inhomogenitas (tidak serba sama) dari mineral yang terdapat dalam batuan, serta kecepatan dalam pemuaian yang berbeda-beda, maka mengakibatkan terjadinya proses disintegrasi. Kecuali itu, sifat, bangun, warna dan konsistensi dari berbagai batuan dan mineral sangat berpengaruh terhadap penyerapan dan pelepasan panas, sehingga akan berpengaruh pula terhadap disintegrasi karena insolasi itu. Sebagai contoh batuan basalt dan dolorit mempunyai susunan kimia yang sama (yakni augit, plagioklas). Tetapi basalt itu padat, sedangkan dolorit berbutir-butir, sehingga batuan dolorit akan lebih mudah untuk menjadi lapuk. Insolasi terjadi pada siang hari dan terutama berpengaruh besar di daerah yang beriklim kering (arid).

2.      Disintegrasi karena reradiasi.
Reradiasi adalah pemancaran kembali panas yang diterima oleh suatu benda dari pemanasan matahari. Pemancaran kembali panas dari suatu batuan menyebabkan temperatur batuan itu menurun (mendingin). Turunnya temperatur menyebabkan batuan beserta mineral yang dikandungnya menjadi menyusut. Kecepatan penyusutan mineral di dalam batuan itupun tidak sama, sehingga dapat terjadi peristiwa yang sama dengan insolasi yakni terjadi disintegrasi. Reradiasi terjadi pada malam hari.

Catatan : karena pengaruh goyangan temperatur (pergantian pemanasan dan pendinginan) volume benda termasuk batuan akan berubah. Pada waktu batuan mendapatkan pemanasan, mineral-mineral batuan akan berdesakan antara satu dengan yang lain, dan pada waktu mengalami penurunan temperatur (pendinginan) karena pemancaran panas di waktu malam, mineral-mineral akan menyusut kembali. Karena batuan itu tak ada ruang untuk memuai, maka batuan akan pecah/retak pada waktu terjadi penambahan temperatur dan demikian juga menjadi pecah/retak pada waktu pemancaran panas. Oleh sebab itu bila kita lihat pada kenyataan di alam sering terlihat adanya celah/retakan yang teratur maupun yang tak teratur pada batuan yang kesemuanya terjadi karena pergantian panas. Pergantian panas harian hanya sampai pada jarak 0,5 – 1 meter saja dalam kerak bumi. Tetapi goyangan panas tahunan dapat terasa sampai 25 meter dalamnya. Bila batuan memuai maka bagian-bagian batuan akan sangat melekat satu sama lain dan jika menyusut rekah-rekah yang sudah ada menjadi lebar serta terjadi pula rekah-rekah baru. Rekah-rekah ini membagi muka bumi atas polygon-polygon yang agak teratur yang dinamakan rekah inti, letaknya tegak lurus pada muka bumi. Kecuali itu karena goyangan panas itu sampai kedalaman tertentu, maka selain terjadi rekah tegak, terjadi pula rekah mendatar (horisontal) yang dinamakan rekah kerak. Dengan demikian bumi ini diselubungi oleh suatu kulit batuan yang terlepas. Pembagian horisontal ini terjadi dipelbagai lapisan, karena jika lapisan yang satu telah terlepas, maka pergantian panas bekerja lagi pada lapisan berikutnya. Proses ini disebut penyisikan atau desquamasi.

3.      Disintegrasi karena pembekuan.
Air yang terdapat dalam pori-pori batuan dapat menjadi beku, bila temperatur di sekitar batuan turun hingga di bawah titik beku. Jika air membeku menjadi es, maka volumenya bertambah besar 1/11 kali daripada volume sebelumnya.
Catatan :    1 cm³ air akan berubah menjadi 1,09 cm³  es.
Peristiwa pemuaian air karena pembekuan yang dapat memecahkan batuan dimana pembekuan itu terjadi disebut : “frost action” . Dalam batuan terdapat celah yang tak terhingga banyaknya yang semuanya terisi air. Jika air yang terdapat di dalam batuan tersebut membeku, maka celah-celah batuan menjadi lebar dan pecah. Disintegrasi karena pembekuan ini banyak terjadi di pegunungan yang temperaturnya bergoyang di sekitar titik beku (di daerah kutub dan daerah yang beriklim kontinental). 

4.      Disintegrasi karena hidratasi.
Hidratasi adalah peristiwa penambahan air pada persenyawaan kimiawi, terutama pada persenyawaan yang bersifat higroskopis. Misalnya garam dapur yang terdapat di dalam celah-celah batuan. Karena garam dapur mudah menyerap air, maka pada saat udara lembab, garam dapur yang berada di dalam celah batuan akan menyerap air, sehingga volumenya menjadi bertambah besar. Akibat pembesaran volume tersebut, maka terjadi peristiwa yang sama seperti pada frost action. Pengerjaan garam di dalam tanah (batuan) dapat digolongkan menjadi :
a.       Pengerjaan kimia oleh garam :
Di daerah wahah (oase) sering kali terdapat kompleks garam di dalam tanah. Penguapan yang besar di daerah arid dalam cekungan oase yang tanahnya gembur karena pembentukan antiklinal, terdapat pengisapan kapiler yang kuat dari air tanah yang ketika naik membawa larutan garam. Air tanah yang naik dan asin sangat melapukkan tanah/batuan pada permukaan.
b.      Pengerjaan mekanik oleh garam :
Garam yang mempunyai sifat hygroskopis akan menarik air dari daerah sekelilingnya dan oleh karena itu terjadi pemuaian (penambahan isi) dari kompleks garam. Penambahan isi kompleks garam tersebut menyebabkan lapisan di atasnya akan terdesak. Oleh karena desakan, batuan yang di atasnya dapat menjadi retak.

B. PELAPUKAN KIMIAWI
            Proses penguraian mineral batuan secara kimiawi disebut : “dekomposisi”. Dalam hal ini susunan mineralnya dapat berubah-ubah. Dekomposisi = reaksi penguraian. Dekomposisi dapat terjadi karena : pelarutan, hidrolisa, oksidasi, karbonasi dan biosfer.
1.      Dekomposisi karena pelarutan.
Pelarutan adalah proses larutnya benda padat ke dalam zat cair. Sebagian besar proses dekomposisi terjadi karena pelarutan. Pelarutan ini juga membantu terjadinya peristiwa-peristiwa kimia yang lain. Sebagai contoh misalnya :

CaCO3      +     H2O    +         CO2        -------à      Ca (HCO3)2
gamping           air            asam arang                    kalsium hidro karbonat.
Kapur (gamping)  yang telah larut itu akan mudah sekali keluar dari susunan batuan sehingga menyebabkan terjadinya dekomposisi. Kecuali itu berbagai zat dengan mudah dapat dilarutkan oleh air seperti garam dapur (NaCl) dan gipsum         (CaSO4 2 H2O). Bila air tanah suatu ketika bertemu dengan kompleks NaCl, maka akan terjadi mata air asin. Lama kelamaan air tanah akan menghanyutkan larutan garam dari kompleks NaCl tadi, sehingga terjadi runtuhan pada rongga bekas kompleks NaCl tersebut, dan terjadilah jatuhan tanah (seperti yang terjadi di Hopsten  -  Jerman). Dalam proses semacam ini air itu sendiri tidak ikut dalam suatu reaksi kimia, tetapi hanya melarutkan.
2.      Dekomposisi karena hidrolisa :
Hidrolisa adalah peristiwa dimana ion H yang positif (kation) dan ion OH yang negatif (anion) dari air mengadakan reaksi dengan zat yang dilarutkan. Ion H dan OH adalah hasil penguraian air (H2O). Ion H yang bebas merupakan elemen kimia yang sangat aktif dan siap untuk masuk ke dalam senyawa kimia. Sebagai contoh misalnya :
Na2 Si O4  +  2 H2O    ----------à  2 NaOH  +  H2 SiO4.
Senyawa yang terjadi karena hidrolisa ini dapat membentuk asam dan basa yang keras yang dapat mengadakan reaksi kimia lebih lanjut.
      Yang asam, misalnya H2SO4 (asam sulfat)
      Yang basa, misalnya NaOH (natrium hidroksida)
Dengan cara hidrolisa, maka silikat-silikat yang tak dapat dilarutkan, dapat dimakan oleh air. Hidrolisa ini akhirnya akan melapukkan silikat-silikat. Apabila silikat-silikat telah lapuk, maka terjadilah :
a.       Alkali-alkali (K dan Na) dan tanah-tanah alkali (Ca dan Mg) bersama dengan OH menimbulkan basa. Basa ini sangat didesosiasikan, sehingga reaksi dengan zat-zat lain mudah terjadi. Akibatnya adalah bahwa K, Na, Ca, Mg akan bersenyawa menjadi karbonat, sulfat dan chlorida. Garam-garam tersebut sangat mudah larut dalam air dan akan dihanyutkan berupa larutan.
b.      Besi dan Mangaan, setelah silikat-silikatnya dimakan oleh air karena peristiwa hidrolisa akan mengendap sebagai oksida dan hidroksida.
c.       Aluminium dan Silisium merupakan bagian-bagian yang paling sukar dilarutkan. Tetapi dengan peristiwa hidrolisa semua silikat lama kelamaan dimakan oleh air, sehingga menjadi sisa lapukan koloidal, yakni kaolin. Kaolin adalah silikat aluminium yang mengandung air.
3.      Dekomposisi karena oksidasi :
Oksidasi adalah reaksi antara suatu zat dengan oksigen (O2). Peranan oksigen dalam penguraian tidak besar lagi, karena kebanyakan mineral-mineral batuan telah dioksidasikan. Mineral batuan yang mengandung Fe (besi) mudah sekali mengalami oksidasi dan menghasilkan senyawa-senyawa besi (oksida besi). Oksida besi dalam istilah sehari-hari disebut karatan besi.
Prosesnya :
Apabila air di permukaan dapat memasuki celah-celah dan rekah-rekah batuan, maka oksigen dari udarapun dapat memasuki celah dan/ rekah tersebut. Oleh karena itu persenyawaan-persenyawaan besi yang dapat dioksidasikan yaitu spat besi (FeCO3). Spat besi yang terletak di dalam batuan masih dapat bertahan, tetapi pada bagian permukaan dioksidasikan menjadi bijih-bijih besi yang berwarna coklat. Karena oksidasi inilah di alam sering kita jumpai batu-batuan yang lapuk dengan warna coklat.
4.      Dekomposisi karena karbonasi :
Karbonasi adalah reaksi suatu zat dengan karbondioksida (CO2). Air yang mengandung karbondioksida lebih keras melapukkan daripada air biasa. Air yang mengandung CO2 banyak terdapat di daerah yang bervegetasi. Air di daerah ini selalu mengandung sisa-sisa tumbuh-tumbuhan, sehingga mengandung juga CO2. Air yang mengandung CO2 mempunyai daya melapukkan sangat kuat terhadap mineral kalsit (CaCO3), manesit (MgCO3) dan gamping asam fosfor {Ca3 (PO4)2}. Pelapukan kimia ini penting sekali selama terjadi perubahan-perubahan karbonat menjadi kalsiumbikarbonat :
CaCO3   +   CO2   + H2O    ---------à   Ca (HCO3)2
Kalsiumbikarbonat mudah sekali larut dalam air.
5.      Dekomposisi karena biosfer :
Pengaruh biosfer terhadap pelapukan secara kimia terutama disebabkan oleh tumbuh-tumbuhan. Akar tumbuh-tumbuhan mengandung zat-zat kimia yang sangat keras dan mempunyai daya melapukkan yang sangat besar, seperti HCl. Karena akar tumbuh-tumbuhan ini selalu memanjang dan membentuk jaringan-jaringan di dalam batuan untuk mengambil sari-sari makanan, maka sedikit demi sedikit batuan menjadi pecah. Tumbuhan kecuali mempunyai daya melapukkan secara kimiawi dapat juga melapukkan secara mekanis. Proses terjadinya adalah dimulai dari penyusupan akar tumbuh-tumbuhan secara kimiawi. Tetapi perlu diingat bahwa akar itu makin lama makin bertambah besar. Akibat yang ditimbulkan karena membesarnya akar memberikan tekanan (mekanis) yang sangat besar terhadap batuan, sehingga akhirnya batuan menjadi retak atau pecah.
 

Selamat Datang Teman/Welcome Friends

Semoga Blog Ini bermanfaat bagi kalian/Hopefully this blog useful for you