Ajaib,
lima mata air di lokasi yang sama memiliki rasa yang berbeda-beda.
Keberadaan lima mata air dengan empat rasa di perbukitan Banjar Bangle,
Desa Bunutan, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem, wilayah timur Bali,
diminati wisatawan asing.
Turis dari sejumlah negara, seperti dilaporkan Senin (12/7/2010)
biasa membaur dengan umat Hindu yang sedang melakukan ritual keagamaan
di kawasan mata air yang lokasinya berderet berundak, dari bagian bawah
lereng bukit tersebut.
Menurut I Nyoman Pande, yang menjadi kelian atau tetua banjar (dusun)
tersebut, setiap harinya mencapai puluhan wisatawan asing yang
berkunjung ke lokasi wisata bernuansa magis tersebut.
“Turis yang umumnya diantar pemandu wisata itu biasa membaur dengan
umat Hindu yang sedaang memohon air suci untuk keperluan ritual
keagamaan,” katanya.
Nyoman Pande menjelaskan, dari lima mata air yang ada di Banjar
Bangle, yang pertama menyembur dari lapisan tanah masam, yang airnya
terasa seperti buah asam dan membuat mulut keset.
Mata air kedua berada di atasnya berjarak sekitar 500 meter, airnya
diawali rasa sedikit asam kemudian menjadi pahit. Ketiga berada di
atasnya lagi, airnya terasa manis.
Mata air keempat memiliki dua rasa, yakni tawar dan asam. “Untuk mata
air kelima, rasanya asam seperti mata air pertama,” ucapnya. Kelima
mata air itu, lanjut Pande, ditemukan oleh warga setempat pada tahun
1980-an.
Konon, kelima mata air itu memiliki hubungan erat dengan Pura
Lempuyang yang berada di ujung timur Pulau Dewata. “Kami tak mengetahui
betul sejarah hubungan mata air yang menampilkan aneka rasa itu dengan
Pura Lempuyang,” kata Pande.
Yang pasti, lokasi mata air itu terletak di perbukitan Gunung
Lempuyang. Untuk mencapai lokasi mata air pertama, wisatawan asing
ataupun umat Hindu yang memohon air suci, mesti berjalan kaki sejauh
sekitar tiga kilometer dari jalan utama.
Sedangkan untuk mencapai mata air berikutnya, pengunjung harus
mendaki bukit dengan kondisi medan licin. “Letaknya di perbukitan,
sehingga hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki,” jelasnya.
Menurut keyakinan masyarakat setempat, jelas Pande, keberadaan air
dari lima mata air itu dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit
seperti kencing manis dan kencing batu. “Selain memohon air suci, warga
dari seluruh pelosok di Bali sengaja berkunjung guna memohon
kesembuhan,” katanya.
Wisatawan yang datang, senang bermain-main air di lokasi tersebut,
kemudian juga membasuh muka. Keberadaan kelima mata air tersebut
disucikan oleh umat HIndu setempat. “Kalau ada warga ataupun umat yang
sedang cuntaka (kotor, menstruasi) tidak diperkenankan mengunjungi mata
air tersebut,” katanya, seperti dilansir kompas.com.
Untuk menjaga kesucian, kata Pande, setiap tahun tepatnya pada Hari
Raya Purnama yang ketiga berdasarkan hitungan kalender Bali. “Air dari
kelima mata air tersebut oleh warga banjar setempat juga dimanfaatkan
untuk upacara Melasti (pembersihan istana dewa),” katanya.