Puncak Pendakian Papandayan, Surga Edelweis 80 Hektare!
Padang edelweis di Puncak Tegal Alun
Kabut yang cukup tebal mengaburkan gunung yang mengelilingi kawasan ini, Kawah Baladagama, dengan kepulan asap dan pijakan kaki yang berwarna putih dari batuan kapur. Warnanya kadang keemasan, warna belerang. Aroma belerang pun cukup menyengat, namun tak patahkan rasa penasaran kami untuk menemukan harta karun yang berada di puncak Tegal Alun.
Lelah, kami pun berhenti di Puncak Nangklak, ketinggian 2.496 dpl. Pemandangan pasir dan batuan kapur yang putih, serta pepohonan kering yang gersang, menyajikan panorama eksotis di puncak ini. Benar-benar pas sebagai spot fotografi maupun video klip. Jejak para pendaki lama pun nampak di bebatuan yang disusun menjadi nama mereka.
Istirahat cukup, kami sudah tidak sabar untuk menemukan harta karun di Puncak Tegal Alun. Jalanan makin menanjak, beberapa dari kami mulai lelah dan tak kuat. Untungnya, sebuah pipa bambu kecil menampakkan rupa, mengalirkan sumber mata air gunung yang amat segar. Beberapa meminumnya dan membilas wajah di sana, tubuh kembali bugar dan bersemangat lagi.
“Sepuluh menit lagi”, ujar Andi, sang pemandu yang sudah 14 tahun bolak-balik mendaki Papandayan.
Tak terasa dua jam sudah berselang, di depan sudah nampak frame dedaunan beserta lukisan pemandangan ladang kuning yang indah. Antusias peserta tur untuk memasuki lukisan tersebut telah tak terbendung. Dan ini dia! Harta karun pendakian Papandayan di Puncak Tegal Alun, ketinggian 2.500 dpl, 80 hektare padang Edelweis.
“Ketika mendengar akan pergi ke padang edelweiss, saya teringat lagu 'Edelweiss.. Edelweiss.. Every morning you greet me. Small and white, clean and bright. You look happy to meet me'. Ketika sampai di lokasi, ternyata lagu ini benar sesuai dengan kenyataannya. Cantik sekali tempatnya!”, ungkap Evelin Fabrina, salah seorang peserta tur.
Tawon Batu dan Bang Bung tak jarang mengikuti gerak kami yang sedang bermain di padang Edelweis yang pertama kali ditemukan orang Belanda ini. Sebagian lahan tidak terisi Edelweis karena musim berbunga terjadi pada Juni sampai Juli. Walau tak boleh dipetik untuk dibawa pulang, kenangan melihat harta karun ini sungguh indah dan tak terlupa, surga edelweis!
“Dahulu, ada pemanjat Himalaya terkenal bernama Haryati. Saya mengantarkan dia ke atas. Sampai di Tegal Alun, dia bengong. Dikiranya, edelweis yang paling banyak ada di gunung besar. Namun, ternyata di sini lebih dari yang lain,” cerita Ade Nadin, pria yang sudah 54 tahun bermukim di kaki Gunung Papandayan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar